RAGAM BAHASA SLANG
PUPUT ALVIANI / 10003022
SOSIOLINGUISTIK
RAGAM
BAHASA SLANG
Slang oleh Kridalaksana (1982:156)
dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi digunakan oleh kaum remaja,
serta waria atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha
orang di luar kelompoknya tidak mengerti, berupa kosa kata yang serba baru dan
berubah-ubah. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah (1985:57) bahwa slang
adalah variasi ujaran yang bercirikan dengan kosa kata yang baru ditemukan dan
cepat berubah, digunakan oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional
untuk komunikasi di dalamnya.
Slang digunakan sebagai bahasa
pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata diberi
arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang
juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim digunakan di
masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya
dipertegas lagi kedalam bentuk. Slang ini selanjutnya dapat dipertegas lagi ke
dalam bentuk cant, yaitu bahasa gaul yang diucapkan dengan nada atau
intonasi tertentu sehingga terasa ringan, lucu, dan ekspresif cocok untuk
suasana santai yang bersifat rahasia. Sedangkan cant yang khusus dipergunakan
oleh para penjahat atau preman dikenal dengan istilah Argot menurut
Kridalaksana (1982:14) bahasa dan perbendaharaan kata suatu kelompok orang,
seperti bahasa pencopet. Sedangkan menurut Chear (1995:80) Argot adalah variasi
sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi- profesi tertentu dan bersifat
rahasia. Kelompok yang dimaksud disini adalah kelompok orang muda (orang yang
merasa dirinya muda), maka yang sesuai dengan penelitian adalah bahasa Cant yang
berfungsi sebagai bahasa dari sekelompok orang atau kalangan tertentu terutama
pada kelompok remaja dan waria. Pada tahun 1940-an cant tersebut berbentuk
penggantian suku kata (syllable) terakhir dari suatu kata dari suatu
kata dengan ”se”. Sebagai contoh kata genis menjadi gense.
Namun pada tahun 1980-an para pemuda usia ini mengambil alih bahasa prokem yang
berasal dari para penjahat atau preman di Jakarta. Jadi ujaran rakyat kelompok
usia muda sejak itu telah mengubah slang nya dari sifat cant menjadi argot.
Bahasa prokem ini kemudian telah berhasil menjadikan dirinya menjadi bahasa
lisan dari orang Indonesia pada umumnya di daerah perkotaan.
Bahasa pada kalangan homoseksual
(gay dan lesbian) sangat menarik karena para homoseksual menciptakan cant tersendiri
untuk kelompoknya. Bahasa para gay dan lesbian ini juga tidak langgeng,
karena pada beberapa tahun ini telah timbul jenis cant gay yang lain
lagi, yang mereka namakan bahasa gaul. Bahasa gaul saat ini semakin ngetop dan
ngetrend, sehingga diambil alih juga oleh para remaja dan orang muda dari
kalangan pengusaha, artis, film sinetron, mahasiswa dan lain- lain. Bahasa para
gay dan lesbian ini pada beberapa tahun yang lalu, adalah cant dengan
cara menyisipkan suku kata ”in”, seperti untuk banci menjadi binancini,
sedangakan untuk istilah bule menjadi binuline, dan sebagainya.
Dalam bahasa pergaulan sehari-hari, kalagan yang mengakui adanya prularitas
orientasi seksual dikenal adanya pengguaan bahasa gaul yang secara budaya dan
pengucapan mempertunjukkan kreasi dan kegairahan mereka tanpa menjadi terjebak
pada penyeragaman bahasa yang membosankan, tanpa daya pikir, anti-kenikmatan
dan mentabukan seksual. Sebaliknya mereka aktif menciptakan keragaman,
merangsang gairah- gairah (pengucapan) oral mereka selalu aktif menciptakan dan
menciptakan literatur yang lebih terbuka pada kesenangan para gay dan
lesbian.
Secara permukaan dimarjinalkan,
masyarakat secara aktif mengagungkan satu orientasi seksual yang sakral
mengadopsinya dalam bahasa keseharian mereka (contoh: ”bencong”) di
bawah ini adalah penjelasan singkat bagaimana kreativitas bahasa itu diekspresikan
dalam keberagaman, yang disebut bentuk bahasa ”binan” waria. Bahasa gaul
khusus yang diciptakan para waria khususnys di jalan Gajah Mada Medan dalam
berkomunikasi sesama kelompok termasuk kedalam gejala bahasa. Pada mulanya
pembentukan bahasa slang, prokem, cant, argot, jargon, dan colloquial
di dunia ini adalah berawal dari sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu
yang berada di kelas atau golongan bawah (Alwasilah, 2006:29). Lambat laun oleh
masyarakat akhirnya bahasa tersebut digunakan untuk komunikasi seharihari. Kecenderungan
masyarakat ataupun para pelajar menggunakan bahasa asing dalam percakapan
sehari- hari semakin tinggi, dan lebih parah makin berkembangnya bahasa slank
atau bahasa gaul yang mencampur adukkan bahasa daerah, bahasa Indonesia,
dan bahasa Inggris. Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi
umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari- hari dalam
pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media populer separti TV, radio, dunia
perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan
waria, remaja oleh majalah- majalah remaja populer. Maka sebab itu, bahasa gaul
dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan komunikasi verbal oleh
setiap orang dalam kehidupan sehari- hari.Seperti halnya bahasa lain, bahasa
gaul juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan
dan pengurangan kosakata. Tidak sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno
(usang) yang disebabkan oleh perkembangan zaman. Setiap generasi akan memiliki
ciri tersendiri sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal
ini, bahasalah sebagai representatifnya. Dari segi fungsinya, bahasa gaul
memiliki persamaan antara slang, dan prokem. Kosa kata bahasa
remaja banyak diwarnai oleh bahasa prokem, bahasa gaul, dan istilah yang pada
tahun 1970-an banyak digunakan oleh para pengguna narkoba (narkotika,
obat-obatan dan zat adiktif). Hampir semua istilah yang digunakan bahasa
rahasia di antara mereka yang bertujuan untuk menghindari campur tangan orang
lain. Bahasa gaul merupakan bentuk bahasa tidak resmi (Nyoman Riasa, 2006). Waria
adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya
sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki
posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan
kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme.
Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan
biologisnya (hermafroditisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat
pengondisian lingkungan pergaulan. Sebutan bencong juga dikenakan terhadap waria
dan bersifat negatif.
Dalam sebuah milis (2006) disebutkan
bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya populer seperti
sekarang ini. Sebagai bahan teori, berikut adalah sejarah kata bahasa gaul
tersebut:
1) Nih
Yee...
Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an,
tepatnya November 1985. pertama kali yang mengucapkan kata tersebut adalah
seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis
Darliah dan popular hingga saat ini.
2) Memble
dan
Kece
Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa
kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja
Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble tapi Kece
yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama.
3) Bow....
Kata ini popular pada pertengahan awal
1990-an. Penutur pertama kata Bow…adalah grup GSP yang beranggotakan
Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong
Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang
artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar
mempopulerkan kata ini.
4) Nek...
Setelah kata Bow... popular, tak
lama kemudian muncul kata-kata Nek... yang dipopulerkan anak-anak SMA di
pertengahan 90-an. Kata Nek... pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi
seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Oleh karena
itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan kata Nek...
5) Jayus
Pada akhir dekade 90-an dan awal abad
21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai ‘lawakan
yang tidak lucu’, atau ‘tingkah laku yang disengaja untuk menarik perhatian,
tetapi justru membosankan’. Kelompok yang pertama kali mengucapkan kata ini
adalah kelompok anak SMU yang bergaul di Kitaran Kemang. Asal mula kata ini
dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh temantemannya Jayus. Hal ini
karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman
atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari
perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya
bernama Sonny Hassan atau Oni Acan sering memberi komentar jayus kepada Herman.
Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti temantemannya di daerah Sajam,
Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anak-anak SMU sekitar.
6) Jaim
Ucapan jaim ini di populerkan
oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang
selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga
image.
7) Gitu
Loh...(GL)
Kata GL pertama kali diucapin
oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran. Gina mempunyai
seorang kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja event organizer. Sedangkan
Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke
rumah Ronny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas
Gina ngejawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan
latah dia ngucapin kata Gitu Loh...di tiap akhir pembicaraan.
Bhasa gaul gemana sih kak..hehe
BalasHapushahaha,, itu tugas aku dek :D
BalasHapusWaduh..pusing juga yah kak.hehe
BalasHapushehe,,iyah dek :)
Hapussebuah penelitian ttg bahasa (y)
BalasHapus