Jumat, 11 Januari 2013

0

Sastra anak di Indonesia dan Luar Negeri. Mengapa sastra anak terjemahan lebih laku ? Apa implikasi bagi perkembangan genre sastra anak di Indonesia ?


NAMA : PUPUT ALVIANI
NIM:10003022
Mata Kuliah : Sastra Bandingan
Semester : V

Sastra anak di Indonesia dan Luar Negeri. Mengapa sastra anak terjemahan lebih laku ? Apa implikasi bagi perkembangan genre sastra anak di Indonesia ?
            Karya sastra anak yang merupakan jenis bacaan cerita anak-anak merupakan bentuk karya sastra yang ditulis untuk konsumsi anak-anak. Sebagaimana karya sastra pada umumnya, bacaan sastra anak-anak merupakan hasil kreasi imajinatif yang mampu menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman keindahan tertentu. Secara konseptual, sastra anak-anak tidak jauh berbeda dengan sastra orang dewasa (adult literacy). Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Yang membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan yang bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut.
            Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Apakah sastra anak merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa yang ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk kalangan mereka sendiri tidaklah perlu dipersoalkan. Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi penting bagi perkembangan anak.
            Sebuah karya dengan penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa yang imajinatif dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dan emosional dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang ditimbulkannya, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban, kelucuan, kesedihan dan ketidakadilan. Sastra anak-anak yang menunjukkan kepada anak sebagian kecil dunianya merupakan satu alat bagi anak untuk memahami dunia kecil yang belum diketahuinya. Sastra anak dapat dijadikan sebagi alat untuk memperoleh gambaran dan kekuatan dalam memandang dan merasakan serta menghadapi realitas kehidupan; dalam menghadapi dirinya dan semua yang ada di luar dirinya.

Mengapa anak-anak Indonesia lebih suka dongeng luar negeri?
            Mengapa anak-anak Indonesia cenderung menyukai dongeng-dongeng dari luar negeri, hal inilah yang patut kita cari jawabannya. Anak-anak lebih suka dongeng dari luar negeri karena kita sebagai orang tua kurang memperkenalkan dongeng-dongeng dalam negeri yang tidak kalah bagus dan banyaknya dibanding dengan dongeng laur negeri, tak hanya itu penyebab kurantg minatnya anak-anak terhadap dongeng dalam negeri adalah dalam penyajiannya dongeng dalam negeri dirasa kurang menarik biasanya hanya disajikan dalam buku cerita, ataupun juga dari mulut ke mulut. Sedangkan dongeng dari luar negeri sudah banyak yang dikemas dan disajikan dalam bentuk film ataupun kartun yang ditayangkan di televisi.
            Hal lain penyebab anak-anak lebih suka dongeng dari luar negeri adalah tidak sedikit orang tua yang kurang memahami batapa pentingnya budaya membaca, mereka cenderung mengabaikan kecerdasan dan intelektualitas serta tumbuh kembang anak. Untuk membeli satu buku cerita mereka perlu berpikir berulang-ulang, apalagi jika harganya ‘dianggap’ selangit. Ketika melampiaskan kejenuhan di tempat hiburan mereka bisa betah berlama-lama menghabiskan waktu. Sedangkan sekedar untuk mendongengkan sebuah cerita kepada anak menjelang tidur, para orang tua merasa bosan/ sering tertidur. Begitulah budaya kebanyakan orang kita ketimbang keinginan memasyarakatkan tradisi membaca. Para dewasa, khususnya orang tua harusnya mulai berbenah terhadap minat mereka terhadap budaya baca. Harus mulai ditanamkan dalam diri bahwa membaca buku bukanlah aktivitas yang memerlukan keseriusan, berat dan menjenuhkan belaka. Justru membaca memberikan sensasi petualangan intelektualitas yang mengasyikkan.
            Data-data menunjukkan betapa kurang lakunya buku-buku/cerita karya penulis lokal jika dibanding dengan karya-karya terjemahan. Jika kita pergi ke toko buku besar, hampir dipastikan bahwa rak yang dikerumuni lebih banyak anak-anak adalah rak buku karya terjemahan atau komik, yang notabene juga terjemahan. Taman-taman bacaan lebih suka mengkoleksi dan menyewakan komik daripada bacaan anak semisal novel, karena memang itulah bacaan yang laris di kalangan anak-anak dan remaja. Perpustakaan sekolah juga masih tertatih-tatih mengajak murid-murid membaca buku/cerita anak lokal. Jika menilik potensi membaca secara umum sesungguhnya kita boleh sedikit lega. Larisnya buku-buku anak baik di toko buku ataupun taman bacaan, serta terjualnya karya tertentu dengan omzet luar biasa besar merupakan indikasi bahwa anak-anak kita sesungguhnya mau membaca. Sayangnya mereka lebih memilih buku-buku/cerita anak asing daripada buku/cerita anak kita sendiri. Pertanyaannya adalah mengapa anak-anak kita tidak begitu suka membaca karya-karya negeri sendiri, dan lebih memilih buku/cerita anak karya penulis asing yang kita khawatirkan kurang memiliki nilai-nilai yang sesuai dengan budaya bangsa. Ada beberapa hal yang perlu dicermati untuk menjawab pertanyaan mengapa buku/cerita anak lokal kurang populer di kalangan pembaca anak.
            Selain hal-hal tersebut keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis. Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang. Penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal. Faktor- faktor demikianlah yang menjadikan kenapa sastra luar lebih diminati dari pada sastra lokal Indonesia sendiri.

Implikasi bagi perkembangan genre sastra anak di Indonesia ?
            Kurang lakunya buku-buku/cerita karya penulis lokal jika dibanding dengan karya-karya terjemahan menjadikan instropeksi bagi karya-karya sastra indonesia, kira-kira faktor apakah yang menjadikan karya lokal kurang diminati. Berangkat dari hal tersebut, genre sastra indonesia mulai berproses memahami bagaimana cara melakukan sastra mereka agar diminati oleh anak-anak. Hal ini lah yang menyebabkan genre sastra indonesia mulai terpengaruh oleh genre sastra dari luar. Sastra anak Indonesia, didalamnya hanya menawarkan cerita yang seperti itu saja. Satu cerita hanya diuban penamaan dan tempat terjadi saja, namun klimaks ceritanya sama. Mungkin hal inilah yang menjadikan anak-anak mulai bosan dengan cerita indonesia. Sedangkan pada cerita anak dari luar banyak cerita fantasi yang ditawarkan sehingga imajinasi anak lebih banyak dari pada membaca sastra indonesia.
            Hal-hal diatas dapat dipahami bahwa bisa saja genre sastra indonesia dapat bercermin dari genre sastra luar, atau bisa dikatakan penciptaan karya sastra indonesi saat ini dapat terinspirasi oleh sastra luar. Terinspirasi disini bukan berarti menjiplak, namun hanya menambah unsur fantasi dalam sastra indonesia sehingga anak-anak akan menyukai sastra indonesia. Selain itu, sastra indonesia mungkin dapat dikembangkan lagi cerita-ceritanya bukan hanya mengembangkan fantasinya. Cerita sastra indonesia sebenarnya lebih beragam lagi dibanding sastra luar, namun mungkin penulis indonesia sendiri yang belum menemukan cerita-cerita yang beragam tersebut.  (Puput Alviani – 10003022).
           

0 komentar: